Jumat, 22 Februari 2013

Tokoh

ziryab.jpeg

Ziryab Sang Musikus Islam dan Pencetus Pertukaran
Nama lengkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Nafi. Namun lebih akrab disapa Ziryab. Beliau lahir di Baghdad (Irak) pada tahun 777 Masehi atau 160 Hijriyah. Pada masa awal kehidupan Ziryab seolah tidak akan menunjukkan prestasi yang menggunung. Karena beliau merupakan seorang budak berkulit hitam legam. Namun kehidupannya mulai bergeser ke alam yang lebih baik setelah beliau dibeli oleh Khalifah Al-Mahdi dan kemudian dimerdekakannya.
Ziryab tumbuh menjadi anak remaja yang hidupnya banyak terpengaruh oleh kehidupan ilmiah dan sosial daripada musik dan seni. Maklum, kota yang dikenal 1001 malam pada saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan dunia. Meski begitu tidak lantas membuat beliau terjun ke dunia ilmiah dan sosial. Sebab semenjak beliau selesai belajar pada Ibrahim Al-Mushili, beliau melanjutkan pelajarannya pada Ishaq bin Ibrahim. Dari mereka berdua, Ziryab memperoleh kesempatan untuk mempelajari musik dan seni sekaligus menimba banyak pengetahuan dan menunjang karirnya di kemudian hari.
Pada tahun 801 M di usia yang ke-25, Ziryab menemukan peluang emas yang pada akhirnya mampu mengubah nasibnya. Suatu hari Ishaq bin Ibrahim dipanggil oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk memainkan kecapi di istana. Pada saat yang bersamaan, Khalifah meminta pada Ishaq bin Ibrahim untuk menampilkan wajah penyanyi baru. Dan pilihan beliau jatuh pada Ziryab.
Ketika sudah duduk di tempat yang telah disediakan, Khalifah memerintahkan pada pengawal untuk mengambil kecapi milik Ishaq. Namun tiba-tiba permintaan itu ditolak secara halus oleh Ziryab. Ia berkata, “Paduka, saya mempunyai kecapi yang saya pahat sendiri. Saya seakan sejiwa dengan kecapi ini. Saya tidak bias memainkan kecapi milik orang lain, maafkan hamba.” Mendengar penuturan itu, Khalifah mempersiapkan Ziryab untuk mendendangkan lagunya.
Sekarang beliau memilih tinggal di Qairawan (Tunisia). Di negeri inilah Ziryab mulai mengaktualisasikan bakatnya secara lebih mendalam. Namun penjelajahannya di kota ini tidak juga berselang lama. Karena ketika beliau mendendangkan sebuah lagu yang memuji kulitnya yang berwarna hitam, karya tersebut justru membuat penguasa setempat marah, dan selanjutnya melarang karya beliau berkembang di negerinya.
Setelah gagal tinggal di Tunisia, dipilihlah Andalusia sebagai tempat untuk mengenalkan karya-karyanya kepada masyarakat. Alhasil, di kota ini karya beliau disambut positif oleh Khalifah Abdurrahman Al-Hakam.tidak hanya itu, ia diperlakukan istimewa dan sangat dihormati para peabat istana. Secepat kilat karya beliau tersebar luas di kota Andalusia (Spanyol).
Setelah sukses memperlakukan lagu-lagunya, beliau mendirikan sekolah musik di Andalusia. Beliau juga menciptakan cara baru dalam mengajarkan musik kepada murid-muridnya. Ada tiga tahap yang dilakukan beliau.
1.    Mengajari murid-muridnya tentang ritme membaca lagu.
2.    Mengajari hal tersebut dalam bentuk yang sederhana.
3.    Mengajari mereka pengulangan suara, dekorasi lagu, dan cara mengungkapkan maknanya dengan suara.
         Teori pengajaran ini kemudian diadopsi oleh orang-orang kalangan Barat dan Timur. Hingga kini cara pengajaran musik ala Ziryab masih dipakai oleh negara-negara di dunia. Selain iu, Ziryab dipandang sebagai orang pertama yang mencetuskan gagasan yang kini dikenal sebagai pertukaran budaya.
         Konon, beliau diutus untuk mencari penyanyi-penyanyi baru yang berbakat yang telah dipilih oleh para tokoh musik di Hijaz, Damaskus, dan Baghdad. Tidak hanya berhenti di situ, pemahaman beliau tidak terbatas pada musik semata. Beliau juga eorang ahli astronomi dan geografi, bahkan yang paling beken disebut-sebut sebagai Bapak Duta Peradaban.
By. Annisa El-Shofy



Tidak ada komentar:

Posting Komentar